Teknik Foto dalam Astrofotografi

Berita

Di alam semesta yang luas ini, terdapat banyak sekali ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam. Salah satu dari ilmu pengetahuan alam ialah astronomi. Astronomi, secara etimologi memiliki arti “ilmu bintang”. Astronomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata άστρο + νόμος. Sedangkan secara terminologi, astronomi ialah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu astronomi mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang dapat dilihat atau diketahui di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan benda-benda langit tersebut. Tetapi selain itu, ada juga ilmu terapan astronomi yang tidak memerlukan campuran ilmu matematika, fisika, maupun kimia. Bidang tersebut ialah astrofotografi. Astrofotografi adalah cabang fotografi yang objek fotonya berkaitan dengan hal-hal astronomi. Contoh-contoh astrofotografi yaitu foto bulan, matahari, bintang, planet, galaksi, nebula, open cluster/globular cluster, dan sebagainya. Astrofotografi bertujuan untuk memotret benda-benda langit, dan untuk memotretnya diperlukan teknik-teknik tertentu.

Untuk menghasilkan foto yang bagus, sebaiknya menggunakan kamera DSLR, karena pada kamera DSLR terdapat manual mode sehingga kita dapat mengatur ISO, shutter speed, aperture, dan fokusnya sesuai dengan yang kita inginkan. Sebenarnya memotret benda langit menggunakan kamera handphone/kamera digital juga bisa, tetapi kualitas fotonya tidak sebagus dan sejernih menggunakan kamera DSLR, sehingga akan menghasilkan foto yang kurang fokus dan banyak noisenya. Selain itu, apabila menggunakan kamera handphone/kamera digital, objek yang dapat difoto hanya objek yang bersinar sangat terang, berukuran besar, dan yang dapat dilihat oleh mata kita saja (misalnya matahari dan bulan), sedangkan objek seperti bintang, planet, galaksi, nebula, open cluster/globular cluster yang berjarak sangat jauh dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang harus difoto menggunakan kamera DSLR.

Apabila menggunakan kamera DSLR dengan manual mode, hal-hal yang harus diperhatikan untuk memotret sebuah benda langit yaitu mengatur ISO, aperture, shutter speed, dan fokusnya (manual fokus). Semakin tinggi nilai ISO, semakin besar cahaya yang dapat ditangkap oleh sensor. Namun, kekurangannya, semakin tinggi ISO yang digunakan, semakin tinggi pula noise yang muncul. Untuk shutter speed, semakin lama shutter dibuka (semakin lama waktu yang digunakan), semakin banyak cahaya yang masuk. Dan sebaliknya, semakin cepat shutter dibuka (semakin sebentar waktu yang digunakan), maka semakin sedikit cahaya yang terekam. Dan untuk aperture, semakin kecil nilai f-nya, semakin besar diameter/diafragmanya sehingga akan semakin banyak menangkap cahaya yang masuk.

Teknik-teknik memotret benda langit pun bermacam-macam. Misalnya, apabila ingin memotret sunset/sunrise, gunakan ISO 100-200 karena pada pagi/sore hari cahaya yang ada di sekitar sudah cukup terang. Selain itu, gunakan aperture f/8-f/16 dan shutter speed sekitar 1/160-1/640 detik agar tidak terlalu banyak menangkap cahaya yang masuk. Lain halnya jika ingin memotret bintang, ISO yang digunakan harus lebih tinggi, yaitu 800-6400 karena cahaya yang ada sangat minim pada malam hari. Aperture dan shutter speed yang digunakan pun berbeda, yaitu f/3.5-f/5.6 dan 10-30 detik agar dapat menangkap lebih banyak cahaya pada malam hari. Selain itu, untuk memotret bintang juga harus menggunakan timer 10 detik dan tripod, agar saat bintang tersebut difoto tidak trail/tidak goyang. Selain itu, apabila ingin memotret suatu benda langit dengan lebih jelas/perbesarannya lebih besar, dapat dilakukan dengan mencopot bagian lensa dari kamera dan badan kameranya dihubungkan dengan suatu teleskop menggunakan T-Ring.



Secara keseluruhan, untuk menghasilkan foto yang bagus dalam astrofotografi, diperlukan beragam teknik yang berbeda, tergantung dari objek apa yang ingin difoto. Tentu teknik memotret nebula juga berbeda dengan teknik memotret bintang, begitu pula dengan teknik memotret galaksi yang berada berjuta-juta tahun cahaya jauhnya dari bumi kita ini.

 

Berikut settingan astrofotografi untuk kamera DSLR Nikon.
Untuk tutorial ini saya pakai Nikon D5100, dan settingan kamera yang saya gunakan disesuaikan dengan kondisi langit yang bebas polusi cahaya

1. Set kamera ke Manual Mode

2. Geser ke huruf M (Manual Focus) (A itu untuk Automatic)

3. Tes kefokusan dengan cara mengarahkan ke sebuah cahaya yang sangat terang (misalnya lampu) sebagai patokan, lalu putar-putar terus sampai cahaya lampu tersebut fokus/ tidak blur

4. Pilih tombol i, lalu pilih ISO

5. Untuk memotret bintang, ISO minimal yang harus digunakan yaitu 800. Untuk tutorial ini pilihlah ISO 3200, karena semakin tinggi ISOnya, semakin besar cahaya yang dapat ditangkap oleh sensor, sehingga semakin jelas bintang-bintangnya.

6. Di pilihan Release Mode, pilih Self Timer 10 sec. Kenapa harus menggunakan self timer? Karena untuk menghindari goncangan pada kamera saat kita menekan tombol memotretnya

7. Kembali lagi ke tampilan utama, sekarang geser shutter speednya ke kiri menjadi 10”(10 detik). Untuk shutter speed, semakin lama shutter dibuka (semakin lama waktu yang digunakan), semakin banyak cahaya yang masuk. Kalau mau diatur menjadi 15”, 20”, atau bahkan 30” juga bisa, tetapi semakin lama waktu yang digunakan, kemungkinan bintang menjadi “trail” semakin besar

8. Atur aperture/ bukaan lensanya (F) menjadi F3.5 dengan cara menekan dan tahan tombol sambil menggeser shutter speednya ke kiri. Semakin kecil nilai F-nya, semakin besar diameter/diafragmanya membuka sehingga akan semakin banyak menangkap cahaya yang masuk

9. Jangan lupa, hal pertama yang harus dilakukan untuk memotret bintang yaitu meletakkan kamera di tripod, fungsinya agar kamera diam dengan stabil dan tidak terkena goncangan tangan

Selamat mengabadikan keindahan langit malam yang bertaburan bintang-bintang! 🙂

2 thoughts on “Teknik Foto dalam Astrofotografi

  1. yakin itu bintik2 adalah bintang2 gan?? bukan noise dari iso yg ketinggian???
    knapa lebih milih iso tinggi? bukan iso rendah tapi speed yg lebih lama lagi??? kalo di itung equivalentnya iso 3200 speed 10″ kurang lebih akan sama dengan iso 1600 speed 20″ equivalent dgn iso 800 speed 40″ equivalent dgn iso 400 speed 1’20”.

Leave a Reply