Sabtu 16 Februari 2013 mendatang sejak tengah malam hingga jelang Matahari terbit, sebongkah batu besar yang ukurannya sedikit lebih besar dari pesawat antariksa ulang-alik milik NASA yang sudah dipensiunkan bakal melintas cukup dekat dengan Bumi sehingga pada puncak pendekatannya hanya berjarak 27.700 km saja dari permukaan air laut rata-rata. Inilah kisah asteroid 2012 DA14, asteroid yang mencatatkan diri sebagai asteroid besar yang pernah melintas paling dekat terhadap Bumi sepanjang sejarah.
Asteroid 2012 DA14 yang bakal mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi pada Sabtu dinihari 16 Februari 2013 pukul 02:26 WIB. Titik terdekat asteroid dengan Bumi terletak pada koordinat 4 LS 93,5 BT yang secara geografis berada di Samudera Hindia lepas pantai barat daya Sumatra. Dengan demikian daratan terdekat dengan asteroid ini adalah pulau Sumatra. Ini menjadikan pulau Sumatra pada khususnya dan kepulauan Indonesia pada umumnya sebagai tempat terbaik untuk guna menyaksikan peristiwa langka dan bersejarah ini. Secara umum asteroid akan terlihat melintas sebagai bintik cahaya yang bergerak cepat layaknya satelit buatan manusia di antara rasi-rasi bintang Octans, Chamaeleon, Carina, Centaurus, Hydra, Leo, Ursa Major dan Draco dari selatan ke utara dengan kecepatan gerak mendekati 1 derajat per menit.
|
|
Pada titik terdekatnya dengan Bumi, asteroid 2012 DA14 bakal menjadi bintik cahaya dengan tingkat terang (magnitudo semu) +7, yakni sedikit di bawah ambang batas kemampuan penglihatan mata manusia tanpa bantuan binokuler/teleskop khususnya di kawasan yang sangat gelap. Maka dari itu mengamati asteroid ini tetap membutuhkan peralatan bantu, minimal binokuler. Dan mengingat cepatnya gerakan asteroid ini, sangat disarankan menggunakan binokuler yang dapat dipasang ke dudukan statis seperti tripod dan diarahkan ke titik tertentu di bagian langit yang bakal dilintasi asteroid 2012 DA14 ini. Lebih bagus lagi jika menggunakan teleskop yang juga telah diarahkan ke bagian langit tersebut. Misalnya ke tengah-tengah segitiga bintang Denebola-Chort-Zosma di rasi Leo (pukul 02:50 WIB) atau ke tengah-tengah gayung (trapesium bintang Dubhe-Merak-Pechda-Megres) di rasi Beruang Besar/Ursa Mayor (pukul 04:00 WIB).
Mengingat istimewanya peristiwa ini, maka program observasi asteroid 2012 DA14 pun digelar di sejumlah titik di Indonesia. Di Jakarta misalnya, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) yang bermarkas di Planetarium dan Observatorium Cikini menanti konfirmasi kedatangan asteroid ini. Pun demikian di Bandung, yang diselenggarakan Observatorium Bosscha (Lembang) dan Cakrawala FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Di Yogyakarta, Jogja Astro Club juga bersiap melaksanakan observasi sepanjang cuaca cerah. Demikian halnya di Semarang dimana observasi bakal dilakukan RHI Korwil Semarang dan LHR al-Miqaat. Surabaya pun bersiap dengan observasi di bawah komando Surabaya Astro Club. Dan ujung terbarat Indonesia diwakili oleh Lhokseumawe (Aceh), yang bakal dilaksanakan oleh UKM LKIF STAIN Malikussaleh.
Selain di titik-titik tersebut, secara global asteroid 2012 DA14 juga bisa dinikmati secara real-time melalui teleskop SLOOH, Virtual Telescope Project dan Clay Center Observatory masing-masing pada Sabtu 16 Februari 2012 mulai pukul 09:00 WIB, pukul 05:00 WIB dan pukul 06:00 WIB.
Apa Pengaruhnya bagi Bumi?
Dengan perlintasan demikian dekat, akankah asteroid 2012 DA14 membawa malapetaka bagi Bumi? Apakah ia bakal jatuh ke permukaan Bumi ini dengan dahsyatnya?
Jawaban untuk keduanya adalah tidak. Meski melintas sangat dekat dengan Bumi, peluang asteroid 2012 DA14 untuk jatuh ke Bumi hingga seabad ke depan adalah nol karena lintasannya tidak berpotongan dengan orbit Bumi. Asteroid 2012 DA14 melintas di orbitnya sendiri sementara Bumi pun bergerak di orbitnya sendiri yang berbeda. Cara termudah menggambarkan perlintasan dekat asteroid 2012 DA14 terhadap Bumi adalah dengan menganalogikannya sebagai perlintasan tak sebidang jalan raya dan rel kereta api dalam fly over. Orbit Bumi bisa diibaratkan sebagai rel kereta api sementara lintasan asteroid adalah jalan rayanya. Dengan Bumi (yang diibaratkan kereta api) bergerak hanya di relnya sementara asteroid (diibaratkan sebagai mobil) pun hanya bergerak di jalan raya, tak ada peluang bagi keduanya untuk saling bertemu muka dan bertabrakan meski berpapasan pada jarak sangat dekat saat keduanya sama-sama berada di kawasan fly over.
Demikian juga peluangnya untuk berbenturan dengan satelit-satelit buatan manusia di orbit geostasioner dan geosinkron maupun orbit rendah. Lintasan asteroid ini berpotongan dengan ketinggian 35.786 km (yakni ketinggian orbit geostasioner dan geosinkron) di dua lokasi, yakni di atas koordinat 49,7 LS 106,8 BT (selatan) dan di atas koordinat 40,2 LU 79,7 BT (utara). Secara geografis kedua titik potong itu masing-masing terletak di atas lepas pantai Australia barat daya dan di atas Cina barat. Saat asteroid bergerak di antara kedua titik potong ini, ketinggiannya lebih rendah dibanding orbit geostasioner dan geosinkron. Sementara di sisi lain tidak ada satelit geosinkron yang mempunyai inklinasi orbital 40 derajat. Sehingga tidak ada peluang bagi asteroid ini untuk berbenturan dengan salah satu satelit di orbit geosinkron, apalagi satelit di orbit geostasioner. Demikian pula karena asteroid 2012 DA14 ini hanya akan mencapai titik terdekatnya sejarak 27.700 km, ia masih terlalu tinggi guna mengganggu satelit-satelit buatan, teleskop antariksa maupun stasiun antariksa yang berada di orbit rendah Bumi hingga ketinggian 1.000 km saja.
Berbagai rumor menyatakan, meski hanya melintas, namun asteroid 2012 DA14 bakal mempengaruhi Bumi dalam berbagai malapetaka mengerikan, mulai dari terjadinya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, badai dan sebagainya. Faktanya tidak demikian. Dengan diameter hanya 58 meter dan tergolong tipe S sehingga massanya diestimasikan sekitar 330.000 ton, asteroid 2012 DA14 terlalu kecil untuk bisa mempengaruhi Bumi karena gravitasinya sangat kecil. Pada saat mencapai titik terdekatnya, gaya tidal asteroid ini, yakni selisih gaya gravitasi di antara permukaan Bumi yang berhadapan dengan asteroid dan permukaan Bumi yang membelakanginya, adalah demikian kecil sehingga hanya setara dengan seper 940 milyar gaya tidal Bulan. Sehingga gaya tidal asteroid 2012 DA14 takkan berdampak apapun.
Bagaimana Bumi Mempengaruhi Asteroid?
Justru sebaliknya, Bumi-lah yang memberikan pengaruh besar bagi asteroid 2012 DA14 ini. Pada saat mencapai titik terdekatnya, gravitasi Bumi sangat terasa bagi asteroid 2012 DA14 mengingat gaya tidal Bumi yang dideritanya bakal 90 kali lipat lebih besar dari gaya tidal Bulan yang dirasakan Bumi. Akibatnya struktur asteroid 2012 DA14 bakal terguncang keras dengan permukaan yang bakal ‘berdenyut’ menyerupai naik turunnya air laut pada fenomena pasang surut. Para astronom menjuluki fenomena ini sebagai gempa asteroid. Dengan percepatan tidal yang dirasakan asteroid 2012 DA14 sangat besar yakni mencapai 0,1 mili-g (g = percepatan gravitasi Bumi), getaran gempa asteroid yang dirasakannya bakal cukup keras, meski belum cukup mampu untuk membelahnya menjadi keping-keping batuan beraneka ragam ukuran.
Jadi, seandainya kita berdiri di permukaan asteroid 2012 DA14 ini pada saat itu, kita bakal terguncang-guncang dengan keras hingga terlonjak-lonjak akibat besarnya gempa asteroid yang dialaminya. Seberapa besar gempa asteroid dan bagaimana pengaruhnya terhadap sifat fisis asteroid 2012 DA14, seperti apakah ia bakal mengubah bentuk, daya pantul permukaan dan kecepatan rotasi asteroid, inilah yang bakal diselidiki jaringan observatorium raksasa La Palma (Kep. Canary), Siding Spring (Australia), Perth (Australia), Mt. John (Selandia Baru), Canopus (Tasmania, Australia), WISE (Israel) dan Clay Center, Massachussets (AS).
Selain gempa asteroid, gravitasi Bumi juga bakal mengubah sedikit orbit asteroid ini sehingga asteroid 2012 DA14 akan lebih dekat ke Matahari dibanding sebelumnya. Setelah 16 Februari 2013, asteroid 2012 DA14 bakal mengorbit Matahari hanya dalam waktu 317 hari, dibanding sebelumnya yang butuh waktu 366 hari guna menuntaskan orbitnya. Perubahan ini bukan hal yang mengejutkan, hampir semua komet dan asteroid yang melintas terlalu dekat dengan suatu planet (apalagi dengan planet raksasa Jupiter) pun bakal mengalaminya. Ini karena asteroid/komet memiliki orbit takstabil karena inklinasi orbit dan eksentrisitasnya yang besar.
Keberuntungan Bumi
Mengapa asteroid 2012 DA14 ini begitu menarik perhatian manusia?
Selain mencetak sejarah sebagai asteroid terbesar yang melintas terdekat ke Bumi hingga saat ini, asteroid ini juga menjadi pusat perhatian seiring tumbuhnya kesadaran akan potensi bahaya tumbukan benda langit seperti asteroid dan komet. Di awal mula tata surya, asteroid dan komet berulang kali menumbuk Bumi dan turut membentuk bentang lahan yang nyaman dihuni manusia, termasuk menyuplai air dari kedalaman antariksa. Maka Bumi menjadi laksana oase yang penuh air di tengah lautan pasir gersang, sangat berbeda dengan tetangga-tetangga dekatnya seperti Merkurius, Venus, Mars dan bahkan Bulan. Namun di era berikutnya, tatkala kehidupan telah tumbuh dan berkembang di muka Bumi, asteroid dan komet sering menimbulkan gangguan dan bahkan pemusnahan makhluk hidup dalam skala besar-besaran. Misalnya saja dinosaurus. Kawanan reptilia raksasa yang merajai Bumi hingga 135 juta tahun lamanya dan nyaris tanpa tanding mendadak tersapu bersih dari muka planet ini pada 65 juta tahun silam saat asteroid seukuran Gunung Everest jatuh menumbuk di Semenanjung Yucatan (Meksiko) dan memantik bencana lingkungan dramatik tak terperi.
Bagaimana dengan asteroid 2012 DA14? Dengan massa sekitar 330.000 ton, saat mencapai titik terdekatnya dengan Bumi asteroid ini melaju dengan kecepatan bebas 6,143 km/detik. Jika asteroid jatuh ke Bumi, gravitasi Bumi bakal membuat kecepatannya menjadi 12,76 km/detik. Sehingga asteroid bakal menghantam titik tumbuknya di permukaan Bumi sembari mengangkut energi potensial 6,3 megaton TNT atau setara dengan 318 butir bom nuklir Hiroshima yang diledakkan secara serempak. Jika asteroid ini jatuh dengan sudut jatuh 45 derajat (seperti umumnya tumbukan asteroid/komet), maka asteroid bakal terpecah-belah secara brutal sejak ketinggian 47 km dari permukaan Bumi setelah sebelumnya terlihat sangat terang sebagai meteor besar (fireball) dengan magnitudo semu -15 atau 15 kali lipat lebih terang dari Bulan purnama. Puncak dari pemecah-belahan ini adalah pelepasan seluruh energi asteroid secara mendadak pada ketinggian 4,4 km dari permukaan Bumi sebagai ledakan di udara (airburst), yang disusul guyuran hujan batu ke permukaan Bumi dibawahnya.
Pelepasan energi sebesar 6,3 megaton TNT di ketinggian 4,4 km bakal melepaskan gelombang kejut (shockwave), yakni gelombang tekanan udara yang secara kasat mata menderu sebagai angin berkecepatan sangat tinggi. Gelombang kejut ini bakal memorak-porandakan kawasan seluas 1.370 kilometer persegi dibawahnya. Di dalam kawasan yang remuk redam oleh gelombang kejut ini juga terdapat sub-kawasan seluas 530 kilometer persegi yang terbakar hebat oleh tingginya intensitas panas ledakan. Dengan demikian potensi bahaya asteroid 2012 DA14 ini setara dengan Peristiwa Tunguska 1908, jenis tumbukan yang mampu meremukkan kota besar dan kawasan sekitarnya dengan mudah. Sebagai gambaran, kawasan yang porak-poranda akibat hantaman gelombang kejut ledakan asteroid ini hampir seluas dua kali lipat kawasan DKI Jakarta atau delapan kali lebih luas dibanding kota Bandung.
Jadi terbayang betapa kerugian material dan moril yang bakal terjadi jika asteroid 2012 DA14 menghantam Bumi dan meledak tepat di atas kawasan berpenduduk padat. Pada titik inilah kita benar-benar beruntung dan harus bersyukur, sebab asteroid itu hanya lewat dan tak menimbulkan petaka peradaban.