Dua hari pasca bencana tragis yang membuat pesawat ulang-alik sub-orbital SpaceShipTwo berkeping-keping di udara dan berjatuhan ke Gurun Mojave, California (Amerika Serikat), NTSB (National Transportation Safety Board atau sejenis KNKT di Indonesia) melansir temuan awalnya pada Senin 3 November 2014 Tarikh Umum (TU) lalu. Temuan ini didasarkan atas tinjauan lapangan terhadap keempat sudut penting pesawat naas tersebut, yang dipadukan dengan rekaman video sejumlah kamera (seperti kamera darat jarak jauh di Pangkalan AU Edwards, 6 kamera di SpaceShipTwo dan kamera di pesawat pendamping) serta data telemetri yang mencakup lebih dari 1.000 parameter.
Secara umum dalam penyelidikan kecelakaan sebuah pesawat terbang, langkah pertama yang dilakukan penyelidik adalah menemukan keempat sudut penting pesawat, yakni mencakup ujung sayap kiri, ujung sayap kanan, hidung/kokpit dan ekor pesawat. Hal serupa pun berlaku dalam bencana SpaceShipTwo ini. Namun karena struktur inovatif pesawat SpaceShipTwo berbeda dibanding pesawat-pesawat terbang pada umumnya, maka keempat sudut pentingnya pun berbeda. Yakni meliputi ekor kiri, ekor kanan, hidung/kokpit dan mesin roketnya. Seluruh sudut penting SpaceShipTwo (VSS Enterprise) ditemukan terserak pada lintasan sepanjang 8 kilometer yang bermula dari dekat kota kecil Cantil dan memanjang ke arah barat daya. Posisi keempat sudut penting dan mayoritas reruntuhan SpaceShipTwo berjarak sekitar 24 kilometer dari bandara Mojave, dimana pesawat ini semula lepas landas dengan digendong pesawat induk WhiteKnightTwo (VSS Eve).Tetapi ada juga kepingan-kepingan yang ditemukan jauh di luar area ini, yakni sejarak 48 hingga 56 kilometer sebelah timur laut. Masih ditelusuri kenapa kepingan-kepingan ringan ini terpisah demikian jauh, apakah karena hembusan angin atau faktor lain.
Data telemetri yang diperkuat dengan rekaman transponder ADS-B (automatic dependent surveilance-broadcast) yang dihimpun laman FlightRadar24.com menunjukkan pesawat ulang-alik SpaceShipTwo ini sedang menyusuri lintasan ke arah barat daya saat bencana terjadi. Sehingga reruntuhan ekornya menjadi sudut penting terdekat ke titik dimana pesawat mulai terpecah-belah. Sedangkan reruntuhan mesin roketnya menjadi sudut penting yang terjauh. Yang mengejutkan, reruntuhan mesin roket dan kedua tanki bahan bakarnya ditemukan relatif mulus, menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ledakan. Ini menggugurkan anggapan semula mengenai mesin roket hibdrida yang bahan bakarnya diganti sebagai penyebab bencana (lihat di sini).
Reruntuhan ekor yang berposisi terdekat ke titik pesawat mulai terpecah belah menjadi petunjuk bahwa bagian ini nampaknya terlepas lebih dulu dari badan SpaceShipTwo dibanding bagian-bagian lainnya. Data telemetri pun berbicara mendukung temuan tersebut. Rupanya, entah bagaimana ceritanya, kedua ekor SpaceShipTwo ini mendadak berubah posisi menjadi naik (feathered) dari yang semula datar (normal). Hanya berselang 2 detik setelah sepasang ekornya berubah posisi, pesawat ini pun mulai berkeping di udara.
Dalam penerbangan ujicoba tersebut (dan kelak juga pada setiap penerbangan komersialnya), sepasang ekor SpaceShipTwo memang bakal menempati posisi naik. Namun hal itu hanya terjadi kala pesawat telah melampaui ambang batas kecepatan tertentu atau telah mencapai titik tertingginya. Ekor berposisi naik bakal memberikan gaya hambat udara yang dibutuhkan untuk memperlambat pesawat tersebut saat mulai turun dari batas langit. Sehingga ia dapat melayang mulus layaknya kapsul Apollo, Soyuz maupun Shenzou yang baru saja memasuki atmosfer dari langit. Tetapi karena penerbangan ujicoba ini tidak bertujuan untuk mencapai puncak ketinggian 100 kilometer dpl, maka ekor hanya akan ditempatkan dalam posisi naik kala mesin roket sudah dimatikan. Yakni pada kecepatan 1,4 Mach (1 Mach = 1 kali kecepatan suara). Sehingga ekor berposisi naik berfungsi sebagai rem untuk melambatkan kecepatan SpaceShipTwo kala terbang melayang agar bisa mendarat dengan mulus. Guna menempatkan ekor dalam posisi naik, maka pilot harus melakukan dua langkah sekaligus. Pertama, ia harus menggeser pengungkit dari kondisi terkunci ke terbuka. Dan kedua, ia harus menarik gagang. Jika satu saja tak dilakukan, maka ekor (seharusnya) takkan berubah posisi.
Namun dalam bencana tersebut, secara tak terduga kedua ekor pesawat justru bergerak ke posisi naik kala co-pilot hanya menggeser pengungkit (tanpa menarik gagang). Padahal saat itu mesin roket masih menyala penuh dan pesawat masih berakselerasi dengan kecepatan 1,02 Mach. Akibatnya sepasang ekor itu nampaknya menerima gaya gesek udara cukup besar dan akselerasi sekaligus yang menghancurkan. Patah dan lepasnya sepasang ekot membuat keseimbangan pesawat hancur sehingga ia mulai jatuh sambil terguling-guling di udara pada percepatan yang menghancurkan struktur pesawat tersebut. Nampaknya itulah yang terjadi.
Dengan menyatukan data telemetri dan rekaman video kamera internal SpaceShipTwo, maka urutan kejadian yang berujung pada bencana SpaceShipTwo yang dapat diketahui hingga saat ini adalah sebagai berikut :
Catatan :
Bersumber dari Ekliptika.