Kebohongan Bumi Datar

Bumi Datar

Benarkah Bumi kita berbentuk datar seperti yang dikatakan beberapa kalangan akhir-akhir ini? Bisakah kita membuktikan bahwa Bumi kita sebenernya memang berbentuk datar atau bulat seperti bola yang telah kita ketahui selama ini? Perdebatan bentuk Bumi datar telah berlangsung dalam beberapa tahun ini dan melonjak sejak tahun 2015. Sampai-sampai kalangan akademisipun ada juga yang terlarut dan mulai mempertanyakan bentuk yang sesungguhnya dari Bumi kita. Namun demikian sebenarnya banyak hal yang disampaikan oleh konseptor bentuk Bumi datar yang ternyata justru diluar nalar dan bertentangan dengan konsep bahwa Bumi kita berbentuk datar. Berikut adalah pembahasan pertama dari konspirasi Bumi datar.

Peta Bumi Datar
Satu dari sekian banyak hal yang paling dipertanyakan sebelum melangkah lebih jauh membahas bentuk Bumi datar adalah peta dari Bumi datar itu sendiri. Para pemerhati Bumi datar mempercayai bahwa planet Bumi kita berbentuk layaknya hamparan luas, dengan kutub utara berada pada bagian pusat dan kutub selatan layaknya tembok es yang mengelilingi Bumi. Itulah gambaran dari planet Bumi datar yang sangat kontroversial ini. Lantas sebenernya dari mana asal muasal peta ini dan benarkah Bumi kita berbentuk seperti ini?

Peta Bumi datar

Sejarah peta Bumi datar yang di yakini oleh para pemerhati Bumi datar atau “Flat Earther” sejatinya berawal dari peta yang diciptakan oleh ilmuwan muslim Persia pada abad ke 11 yaitu Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni atau yang lebih akrab disapa dengan Al-biruni. Al-Biruni menciptakan sebuah peta Bumi berdasarkan hasil proyeksi azimuth suatu lokasi di permukaan Bumi. Oleh Al-Biruni sebuah titik di dunia dipilih untuk menjadi titik acuan atau titik pusat yang memetakan jarak dan azimuth dari satu titik ke titik lain. Kemudian titik tersebut diproyeksikan melingkar dengan mengacu pada pada garis lintang dan Bujur. Semua titik di sepanjang azimuth tertentu akan diproyeksikan sepanjang garis lurus dari titik acuan dan besarnya nilai sudut garis yang melintang berdasarkan pada besarnya nilai sudut azimuth lokasi. Hasil proyeksi Bumi yang diciptakan Al-Biruni ini disebut sebagai Azimuthal equidistant projection atau peta proyeksi Azimuthal equidistant.

Proyeksi menggunakan Azimuthal equidistant. Kredit : gisgeography.com, Tambahan teks oleh Eko Hadi G.

Apa yang kita lihat belakangan ini dari peta yang di klaim sebagai bentuk Bumi datar ternyata adalah peta hasil dari sebuah proyeksi bukan bentuk asli dari kondisi planet Bumi. Jika kita merujuk pada hasil proyeksi Azimuthal Equidistant maka bentuk proyeksi peta yang dihasilkan ternyata tidak hanya menggambarkan peta Bumi dengan kutub utara berada di tengah melainkan bergantung pada lokasi yang dijadikan sebagai titik acuan atau titik pusat proyeksi. Sehingga bila kita membuat proyeksi Azimuthal equidistant dengan kutub selatan yang dijadikan sebagai titik pusat yang memetakan jarak dan azimuth dari titik satu ke titik lain maka kutub selatan akan berada di tengah-tengah. Jika kita gambarkan proyeksi tersebut maka inilah perbandingan proyeksi Azimuthal equidistant dengan titik pusat kutub utara dan kutub selatan.

Proyeksi Azimuthal Equidistant dengan kutub utara(kiri) dan kutub selatan(kanan) sebagai titik pusat yang memetakan jarak dan azimuth dari satu titik ke titik lain. Nilai garis Bujur di representasikan dari 0° hingga 350°. 0° – 180° adalah lokasi terletak di Bujur Timur dan 180° – 0° adalah lokasi terletak di Bujur Barat. Kredit : Flatearthdeception.com

Dari fakta tersebut kini kita sadari bahwa bentuk Bumi datar yang dinyatakan sebagai hamparan luas, dengan pusat lingkaran adalah kutub utara dan kutub selatan layaknya tembok es yang mengelilingi Bumi datar ternyata hanyalah sebuah proyeksi. Apa artinya? Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Proyeksi memiliki arti “gambar suatu benda yang dibuat rata (mendatar) atau berupa garis pada bidang datar.Bukan gambaran asli dari bentuk benda itu sendiri. Inilah yang menjadi inti dari kesalah pahaman para konseptor Bumi datar yang menyatakan bentuk Bumi sebagai Bumi datar. Seperti apapun bentuk suatu benda jika hal tersebut diproyeksikan maka hasilnya pasti datar.  Dan uniknya, konseptor bumi datar hanya memandang sebelah mata dari hasil proyeksi Azimuthal equidistant dengan kutub utara sebagai titik acuan saja dan mengabaikan hasil proyeksi Azimuthal equidistant dengan kutub selatan yang menjadi acuan. Mengapa demikian? Tak lain agar dapat membantu menguatkan paradigma gambaran Bumi datar itu sendiri. Dari awalnya saja pemahamannya sudah salah bagaimana bisa memahami yang lain? Inilah efek domino yang dimiliki oleh konseptor Bumi datar. Jika Bumi tidak berbentuk datar, lantas apakah benar bahwa planet Bumi kita berbentuk Bulat seperti yang kita ketahui selama ini?

Selain peta proyeksi Azimuthal Equidistant, masih banyak lagi beragam peta yang dihasilkan dari sebuah proyeksi seperti proyeksi Gnomonic, Robinson, Mercator dll. Peta yang telah kita pahami selama ini di bangku sekolah hingga penggunaannya di google map adalah peta hasil dari proyeksi mercator dan hasil dari seluruh gambar proyeksi ini berasal dari lokasi-lokasi Bumi yang memiliki nilai lintang dan Bujur yang berlainan. Ada yang sama nilai lintangnya ada pula yang berbeda nilai Bujurnya dan ada juga yang sama nilai Bujurnya dan berbeda nilai lintangnya. Perbedaan nilai lintang dari +90° hingga -90° dan nilai Bujur dari 180° Bujur timur hingga 180° Bujur barat merupakan salah satu bukti bahwa Bumi berbentuk seperti Bola atau globe. Kok bisa?

Nilai dari garis lintang suatu lokasi di bentuk dari besarnya sudut antara garis khatulistiwa – pusat Bumi – lokasi permukaan Bumi yang ada di selatan atau utara katulistiwa. Jika di India memiliki nilai garis lintang sebesar +23,5° atau 23,5° lintang utara, itu artinya besarnya sudut yang di bentuk dari lokasi garis katulistiwa – pusat Bumi – India adalah 23,5°. Nilai + hanyalah penanda bahwa lokasi tersebut terletak di utara garis khatulistiwa dan minus adalah diselatan khatulistiwa. Selain itu besarnya nilai garis lintang akan berimbas pada ketinggian kutub langit terhadap horison. Di Kutub utara memiliki nilai lintang +90° atau 90° lintang utara, ini artinya besarnya sudut yang dibentuk dari garis katulistiwa – pusat Bumi – kutub utara adalah 90° alias tegak lurus. Bagaimana dengan kutub selatan? Nilai garis lintang di kutub selatan adalah -90° yang mana posisi tersebut berada tegak lurus disebelah selatan garis katulistiwa. Jika kita jumlahkan dari utara ke selatan maka akan didapat sudut sebesar 180° dan posisi garis lintang di permukaan Bumi adalah melintang mengelilingi permukaan Bumi dan sejajar dengan garis khatulistiwa. Dari garis lintang saja kini kita telah mengetahui seperti apa bentuk Bumi kita. Dan jika kita kombinasikan dengan nilai Bujur suatu lokasi maka akan tampak dengan jelas bahwa bentuk Bumi kita seperti bola dan tidak datar.

Ilustrasi orang yang berdiri pada lokasi di permukaan Bumi dengan nilai garis lintang yang berbeda-beda. Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan zenith(titik atas kepala) orang berbeda-beda. Besarnya nilai garis lintang = besarnya sudut antara katulistiwa dengan lokasi permukaan Bumi.

Di kutub utara terdapat sebuah bintang terang yang sangat dekat sekali dengan kutub langit utara. Bintang tersebut adalah polaris. Di indonesia khususnya di Aceh, bintang tersebut sangat rendah ketinggiannya dari horizon namun di kutub utara bintang tersebut hampir tepat diatas kepala. Pada pembahasan berikutnya saya akan memaparkan bukti kebohongan bentuk Bumi datar dengan menggunakan posisi bintang polaris dan bentuk galaksi Bimasakti di berbagai tempat di permukaan Bumi yang menjadi bukti bahwa Bumi kita berbentuk Bola.

Bila anda memiliki waktu luang di depan laptop atau komputer anda, mampirlah pada halaman interaktif rogerallen.github.io Disini anda dapat membuat peta proyeksi Azimuthal Equidistant semau anda.

Leave a Reply