Asterisme
Bagi masyarakat dunia khususnya yang berada di wilayah selatan garis khatulistiwa, rasi bintang Crux memiliki arti penting bagi kehidupan mereka. Rasi bintang Crux merupakan rasi bintang yang memiliki formasi bintang mnyerupai bangun datar belah ketupat atau layang-layang. Di Indonesia rasi bintang Crux memiliki berbagai nama lokal di setiap daerah. Di pulau jawa rasi bintang Crux disebut sebagai Lintang Gubug Péncéng. Asal muasal nama Gubug Péncéng muncul dari kisah sejumlah pemuda yang sedang membangun rumah. Di depan rumah yang sedang dibangun, setiap hari lewat seorang perempuan cantik yang akan mengantar makanan ke sawah. Kecantikan perempuan itu mengganggu konsentrasi para pemuda. Alhasil, rumah yang dibangun bentuknya miring alias péncéng. Gambaran itu diabadikan menjadi nama Gubug Péncéng. Selain nama Gubug Péncéng, terdapat juga nama lain dari rasi bintang Crux yakni lintang lumbung. Lumbung memiliki arti tempat menyimpan padi. Lintang Lumbung digunakan oleh masyarakat jawa sebagai salah satu penanda musim(Mangsa katelu) pada kalender Pranatamangsa. Penamaan dengan kisah serupa juga ditemukan di pulau Sulawesi Selatan. Masyarakat bugis mengenal rasi bintang Crux dengan nama Bintoéng Bola Képpang. Bintoéng Bola Képpang memiliki arti rumah miring. Alkisah terdapat seorang tukang kayu yang sedang membangun rumah. Kala itu seorang janda cantik sering datang dan menggangu si tukang kayu. Tanpa di sadarinya, panjang dari salah satu tiang rumah terpotong tidak sama dengan tiang yang lain. Alhasil rumah yang ia bangun miring karena tiang yang satu lebih pendek dari tiang lainnya. Menariknya Bintoéng Bola Képpang juga di gunakan oleh masyarakat Bugis untuk membantu dalam memprediksi cuaca. Di kabupaten wakatobi, masyarakat Bajo mengenal rasi bintang Crux dengan sebutan Lalayah. Lalayah digunakan oleh masyarakat bajo sebagai penanda arah selatan. Di pulau Sumatera masyarakat Melayu dan Semenanjung Malaya mengenal Crux dengan sebutan Buruj Pari.
Rasi bintang Crux telah di kenal oleh bangsa Indonesia sejak lama. Dalam sebuah tembang pada masa pemerintahan Panembahan Senapati dari Kerajaan Mataram yang bertakhta antara tahun 1575 dan 1601, nama Lintang Gubug Péncéng telah disebut-sebut. Di eropa, rasi bintang Crux tidak tampak di langit. Masyarakat eropa baru mengenal rasi bintang Crux sebagai salib selatan(Southern Cross) pada abad XVI saat ekspedisi mencari sumber rempah-rempah dilakukan. Dahulu rasi bintang Crux tidak disebut dengan nama “Crux” melainkan dengan nama lokal di masing-masing daerah. Nama Crux muncul saat era modern.
Selain di Indonesia rasi bintang Crux sangat di kenal oleh negara-negara di selatan garis khatulistiwa bahkan formasi dari rasi bintang Crux digambarkan pada bagian bendera negara mereka seperti Australia, Brasil, Samoa, Papua Nugini dan Selandia Baru.
Bintang
Rasi bintang Crux memiliki 5 bintang terang yaitu Alpha Crucis(Acrux), Beta Crucis (Mimosa), Delta Crucis, Gamma Crucis(Gacrux) dan terakhir Epsilon Crucis.
Bintang Acrux adalah bintang terang yang memiliki warna bintang biru putih dan termasuk kedalam kelas bintang B0,5IV. Dalam dunia navigasi, para pelaut menggunakan Bintang Acrux sebagai salah satu bintang navigasi dimana bintang ini sangat mudah di lihat oleh mata telanjang. Bintang Acrux memiliki magnitudo semu sebesar +1,25 dengan jarak sejauh 320,70 tahun cahaya dari Bumi kita. Secara kasat mata bitang Acrux tampak sebagai bintang tunggal. Namun sejatinya Acrux adalah bintang yang memiliki sistem tiga bintang.
Bintang terang selanjutnya adalah bintang Mimosa atau bintang Beta Crucis. Bintang Mimosa merupakan bintang variable chepeid dengan warna bintang berwarna biru putih yang terletak sejauh 278,53 tahun cahaya dari bumi kita. Mimosa termasuk kedalam klasifikasi bintang kelas bintang B atau lebih tepatnya B 0,5III. Karena tergolong kedalam bintang variable, Mimosa memiliki magnitudo semu berkisar antara +1,23 hingga +1,31.
Bintang Gacrux atau Gamma Crucis merupakan bintang merah raksasa dengan kelas bintang M4III. Jika di bandingkan dengan ke-empat umur bintang terang lainnya, Gacrux adalah bintang terang paling tua di rasi bintang Crux. Selain itu, Gacrux adalah satu-satunya bintang merah raksasa di angkasa yang paling dekat dengan matahari kita. Jarak antara Gacrux dengan matahari hanya sejauh 88,56 tahun cahaya. Gacrux juga digunakan oleh para pelaut sebagai bintang navigasi sehingga dalam rasi bintang Crux terdapat 2 bintang yang digunakan oleh pelaut sebagai bintang navigasi.
Dari lima bintang terang di rasi bintang Crux, bintang Delta Crucis adalah bintang terjauh dengan jarak bintang ke matahari kita sejauh 345,14 tahun cahaya.
Pengamatan
Di bulan April rasi bintang Crux akan tampak setelah matahari terbenam dan akan selalu tampak di belahan langit selatan hingga terbenam ketika matahari terbit. 6 bulan kemudian tepatya pada bulan oktober rasi bintang Crux sama sekali tidak akan tampak di langit malam. Rasi bintang Crux memiliki formasi bintang menyerupai layang-layang atau belah ketupat. Di langit, rasi bintang Crux terbit dari arah tenggara dan berada di belahan langit selatan. Ketinggian rasi bintang Crux saat mencapai meridian akan setinggi 40 derajat dari atas horizon.
Untuk mengetahui terbit dan terbenam rasi bintang Crux, anda dapat melihat tabel terbit terbenam yang telah tersedia dibawah tulisan ini. Tentukan bulan anda untuk melihat rasi bintang Crux dan lihat waktu terbit dan terbenam pada tabel di bawah ini. Tanda asterisk pada tabel memiliki arti bahwa rasi bintang Crux telah berada tepat pada garis meridian. Selain menggunakan tabel di bawah ini, anda juga dapat menentukan terbit dan tenggelam rasi bintang Crux menggunakan aplikasi Stellarium.
Referensi :
- M Zaid Wahyudi.”Gubug Penceng”.Penanda Arah Selatan.8 Juni 2016. http://sains.kompas.com/read/2011/08/15/11323940/.Gubug.Penceng.Penanda.Arah.Selatan
- Kamsari. Isyarat Bintang Di Langit Wakatobi. 8 Juni 2016. http://pkspl.ipb.ac.id/berita-isyarat-bintang-di-langit-wakatobi.html
- Ammarell, Gene. Bugis Navigation. Monograph Series. New Haven: Yale University of Southeast Asia Studies, 1999.
- N. Daldjoeni. Pranatamangsa, the Javanese agricultural calendar—Its bioclimatological and sociocultural function in developing rural life. Environmentalist. Volume 4. Issue 7 Supplement. pp 15-18, 1984
- Philip M, Bagnall. The Star Atlas Companion What you need to know about the Constellations. Springer.