Seorang kawan datang menyapa dengan pertanyaan beruntun yang menggelitik terkait komet yang baru saja hadir di tengah dunia ilmu pengetahuan kurang dari sebulan terakhir. Pertanyaannya: apakah komet ini akan sangat berdekatan dengan Bumi? Apakah komet ini berbahaya bagi Bumi?
Selidik punya selidik, pertanyaan beruntun tersebut rupanya mengutip artikel dalam salah satu laman berita Indonesia, Vivanews. Artikel tersebut menulis komet PANSTARRS (C/2011 L4) akan mendekat hingga sejauh 50 juta km dalam dua tahun mendatang dan tergolong komet berbahaya bagi Bumi. Berbahaya bagaimana? Dalam urusan bahaya komet, yang terbayang secara umum adalah adegan ala Hollywood dengan Armageddon atau Deep Impact-nya yang dramatis, tatkala sebentuk komet hipotetik menghantam Bumi dengan dahsyatnya dan menimbulkan rangkaian bencana tak terperi. Maka tak pelak lagi, isi artikel ataupun link-nya segera terpampang di berbagai akun jaringan sosial mapun laman blog Indonesia. Tentu saja tak lepas ditambahi dengan bumbu-bumbu apokaliptik khas Indonesia dan harapan agar hal tidak terjadi.
Memanfaatkan data fresh-from-the-oven yang berada dalam sistem basis data NASA, dimana data ini bisa diperbandingkan dengan data sejenis yang dimiliki institusi-institusi astronomi lainnya yang saling independen satu sama lain dan semua data tersebut bersifat bebas sehingga bisa diakses oleh siapapun, maka kita bisa merekonstruksi bagaimana perjalanan komet PANSTARRS (C/2011 L4) ini ke depannya. Komet tersebut adalah komet hiperbolik, yakni komet yang orbitnya berbentuk hiperbola sehingga ia hanya akan sekali mendekati Matahari guna mencapai titik perihelion (titik terdekat terhadap Matahari) untuk kemudian dilemparkan keluar dari lingkungan tata surya menuju ruang antarbintang, terkecuali ada gangguan gravitasi (misalnya dari planet gas raksasa Jupiter) yang membuat profil orbitnya berubah.
|
|
Simulasi menunjukkan komet PANSTARRS (C/2011 L4) akan menempati titik perihelionnya pada 11 Maret 2013 mendatang pada jarak 0,3 AU (Astronomical Unit, 1 AU = jarak rata-rata Bumi-Matahari = 150 juta km) atau setara dengan jarak 45 juta km. Dengan demikian titik perihelion komet ini setara dengan jarak rata-rata Matahari-Merkurius. Enam hari sebelumnya, yakni pada 5 Maret 2011, komet akan menempati jarak terdekatnya dengan Bumi. Namun pada posisi terdekat ini pun jarak Bumi dengan komet PANSTARRS (C/2011 L4) masih sebesar 1,09 AU atau setara 164 juta km. Sehingga pada titik terdekat ke Bumi pun, komet masih lebih jauh dibandingkan Matahari, apalagi dibandingkan dengan Bulan ! Dengan jarak demikian jauh, jelas potensi benturan komet ini dengan Bumi adalah nol sehingga tak perlu dirisaukan. Demikian pula melabelinya sebagai komet berbahaya pun tak relevan untuk diperbincangkan!
Simulasi yang sama juga menunjukkan bahwa komet PANSTARRS (C/2011 L4) akan mencapai titik terdekatnya dengan Jupiter pada 17 Maret 2013, namun dengan jarak yang lebih jauh lagi yakni 4,76 AU atau setara dengan 714 juta km. Jarak ini hampir sama dengan jarak rata-rata Matahari-Jupiter. Sehingga kemungkinan gravitasi Jupiter mengubah profil orbit komet pun adalah nol sehingga komet ini kemungkinan besar takkan pernah kembali lagi ke lingkungan tata surya bagian dalam.
Secara umum komet dan asteroid memang dua jenis benda langit kecil (minor) anggota tata surya yang berpotensi bahaya bagi Bumi karena keduanya memiliki orbit eksentrik yang takstabil dibanding planet-planet. Sehingga ada kemungkinan orbit keduanya berpotongan dengan orbit Bumi dan pada waktu yang tepat baik komet maupun asteroid yang ada di orbit itu dapat berbenturan dengan Bumi. Disinilah kewaspadaan bersama memang harus terus-menerus dikembangkan, meski hingga saat ini umat manusia masih kebingungan merumuskan prinsip-prinsip mitigasi bencana tumbukan asteroid/komet.
Namun bukan berarti bahwa hal itu membuat kita bebas menyebarkan kabar apapun yang mencemaskan terkait kehadiran komet/asteroid apapun di sekitar kita. Apalagi ketika informasi mengenai kehadiran komet baru (maksudnya yang baru saja ditemukan manusia) ditafsirkan seorang penulis secara salah kaprah (sehingga jarak perihelion pun keliru ditafsirkan sebagai jarak terdekat dengan Bumi) tanpa mengonfirmasinya dengan dunia ilmu yang berkecimpung didalamnya (dalam hal ini astronomi dan segala cabangnya seperti astrofisika). Akibatnya, ketika kabar yang keliru pun tersiar dan tersebar luas, hilanglah kredibilitas yang bersangkutan dan medianya. Apa nggak belajar sih dari ulah Harold Camping, yang mati-matian mengampanyekan 21 Mei 2011 silam sebagai hari akhir zaman yang ditandai bakal bertabrakannya Bumi dengan komet, dan ternyata hari itu pun berlalu dengan aman-aman saja ? Akibatnya dia pun harus bersembunyi daripada menanggung malu. Rasa malu teramat sangat pula yang bahkan disebut-sebut menjadi salah satu faktor penyebab dirinya terkena stroke.
Baca juga tentang Komet PANSTARRS, (Kandidat) Komet Cemerlang di 2013