Agustus, bulan yang penuh semarak gegap gempita. Segenap bangsa Indonesia merayakan arti merdeka. Langit pun ternyata tak mau kalah meriah. Ia hadir menyuguhkan Hujan Meteor Perseids dengan intensitas yang paling banyak sepanjang tahun. Tidak bahaya, malah sebaliknya, semacam pertunjukan kilatan cahaya yang susul menyusul di gelapnya langit. Cantik.
PROFIL METEOR PERSEIDS
Nama hujan meteor selalu diambil dari nama rasi bintang yang menjadi latar pusat hujan meteor terjadi. Seperti halnya Hujan Meteor Perseids, maka meteor yang akan tampak seolah-olah berpusat dari rasi Perseus. Meski sesungguhnya, asal mula meteor perseids dari remah-remah sisa ekor komet Swift Tuttle yang ditemukan oleh Lewis Swift pada tahun 1864. Komet ini bisa diamati di bumi dengan periode 130 tahun. Tahun 1994, adalah kali kedua komet Swift Tuttle teramati dari bumi, dan akan kembali tampak pada tahun 2124.
Hujan meteor terjadi, karena jalur lintasan bumi dalam mengelilingi matahari bersinggungan dengan area jejak komet Swift Tuttle. Ketika bumi melintasi area tersebut, ada banyak bongkah-bongkah sisa komet yang tertarik oleh gravitasi bumi sehingga masuk ke atmosfer bumi. Di lapisan mesosfer yang sangat dingin (-1000 derajat celcius) benda angkasa itu akan terbakar sehingga muncul kilatan cahaya yang sering kita sebut meteor. Jika banyak kilatan cahaya yang muncul maka itulah yang dinamai hujan meteor.
Pada tahun ini, intensitas meteor perseids diperkirakan hampir sama dari tahun 2016 lalu. Jika tahun kemarin mencapai intensitas 150-200 meteor per jam, tahun ini intensitas hujan meteor Perseids diperkirakan juga sekitar 150 meteor per jam.
CATAT WAKTUNYA
Hujan Meteor Perseids tahun ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tanggal 17 Juli lalu, hingga 24 Agustus nanti. Hanya saja puncak intensitas tertinggi hujan meteor akan terjadi pada tanggal 12-13 Agustus 2017. Waktu terbaik ialah lepas dari tengah malam, karena rasi perseus baru mulai terbit sekitar pukul 23.40 WIB dan secara utuh tampak di langit sisi timur laut pada pukul 00.40 WIB.
POSISI RASI PERSEUS
Penting sekali mengetahui posisi rasi bintang perseus dalam pengamatan hujan meteor ini, karena di sanalah kemungkinan paling banyak meteor berlalu-lalang. Pada penghujung tanggal 12 Agustus, ketika rasi perseus mulai terbit berada di posisi arah timur laut. Malam kian jatuh, posisi perseus semakin naik mendekati arah utara.
Hanya saja, yang perlu disayangkan pada pengamatan perseids tahun ini adalah posisi bulan yang tidak mendukung. Sejak pukul 21.30 WIB, bulan sudah terbit dengan fase waning gibbous yakni fase setelah purnama, menuju quarter akhir. Keberadaan bulan menjadikan langit tidak dalam keadaan gelap sempurna.
CARA MENGAMATI
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengamatan hujan meteor perseids kali ini antara lain:
1. Peta bintang (bisa dengan aplikasi) untuk mencari posisi keberadaan rasi perseud di langit.
2. Lokasi Pengamatan. Persiapkan lokasi pengamatan jauh hari, dengan pertimbangan area pandang yang luas terutama arah utara hingga timur, minim cahaya lampu, dan nyaman.
3. Kamera. Tidak wajib, hanya saja jika ingin mengabadikan momen.
4. Teman dan makanan. Karena pengamatan hujan meteor akan lebih seru jika dilakukan beramai-ramai, sambil bersantai.
Cara mengamati hujan meteor cukup sederhana, datang ke lokasi yang telah memenuhi kriteria pengamatan, temukan lokasi rasi perseus, dan pandanglah langit yang membentang. Tidak perlu teleskop, binokuler atau alat bantu optik lainnya, cukup dengan mata telanjang agar cakupan pandangan lebih luas. Buat suasana senyaman mungkin.
ALTERNATIF OBJEK PENGAMATAN
Jangan bersedih, jangan berputus asa meski bulan terlanjur besinar, membiaskan yang seharusnya tampak. Sambil menunggu meteor perseids muncul, sesekali bisa melakukan variasi ke objek planet, bintang, nebula, atau bahkan bulan itu sendiri. Berikut ini alternatif objek yang dapat diamati:
1. Planet Saturnus. Sebelum pukul 1.30 WIB dini hari, planet ini berada di langit barat, bersiap terbenam. Jika menggunakan teleskop maka kita dapat mengamati cincin saturnus, dan beberapa satelit alaminya.
2. Rasi dan Nebula Orion. Lepas pukul 02.00 WIB dini hari, rasi orion telah terbit di langit timur. Rasi ini ditandai dengan tiga bintang yang sejajar yakni Alnitak, Alnilam, dan Mintaka. Dan jika menggunakan teleskop dengan perbesaran yang cukup maka dapat diamati pula nebula orion. Adalah kumpulan awan debu, lokasi bintang-bntang dilahirkan.
3. Bulan. Lagi-lagi jika menggunakan teleskop maka sesekal ikita dapat menjelajah kawah-kawah yang ada di permukaan bulan sebagai bukti hasil tumbukan dengan benda langit lain.
4. Hujan Meteor Delta Aquarids. Spesialnya bulan Agustus, ada dua hujan meteor sekaligus, meski puncak intensitasnya tidak bersamaan. Meski puncak Delta Aquarids telah terjadi tanggal 28-29 Juli lalu, tidak ada salahnya sesekali mengarahkan pandangan ke area antara rasi Aquarius dengan capricornus.
Nah, akhir kalimat, selamat mengamati, kepada Langit, semoga mau bersahabat.