Bumi Bulat VS Bumi Datar

Bumi Datar

Bumi Bulat

Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya kita, yang juga berada didalam  galaksi kita yaitu galaksi bimasakti. Sejak kita menginjakkan kaki di sekolah dasar (SD) pasti teringat guru IPA kita berkata bahwa, “Bumi kita itu bulat, seperti bola, begitu planet-planet yang lainnya dan juga matahari”. Memang benar, tidak ada yang salah, hanya saja hal ini sedikit kurang tepat. Dalam konteks keilmuan sains modern saat ini, bumi kita ialah berbentuk bulat pepat (oblate spheroid), atau lebih jelasnya bulat dan sedikit gendut di daerah katulistiwa. (Didit Hadi Barianto, ST, M.Si, D.Eng. dalam talkshow-nya “Flat Earth Talkshow: Bincang-Bincang Bumi Bulat”, Fak. Geografi UGM, 2016). Bumi berbentuk bulat sudah lama diteorikan sejak zaman Pythagoras (500 SM), Claudius Ptolemy, dan Christopher Colombus  (1451-1506) yang menemukan jalan pintas ke Hindia (Indies) berlayar ke arah barat.

Mungkin sempat terpirkirkan dalam benak anda pertanyaan berikut :

  • Benarkah waktu bumi ialah 24 jam, mengapa tidak kurang dan tidak lebih?
  • Lantas, sejauh apa kita mengenal bumi kita sendiri? Tempat tinggal abadi selama-lamanya? Atau hanya sebatas tempat tinggal di suatu planet, yang lantas kedepannya akan pindah ke planet lain untuk dihuni? Lalu akan dikemanakan bumi kita ini?

Namun, sebelum menjawab pertanyaan diatas sebelumnya kita kembali ke pernyataan seperti apakah bentuk bumi?. Bumi kita ini berbentuk bulat pepat, karena itu  jari-jari yang mengarah ke kutubnya lebih pendek dari jari-jari yang mengarah ke katulistiwa/ekuator. Dikarenakan di daerah ekuator sedikit menonjol, membuat diameter ekuator menjadi 12.757 km, sedangkan diameter melalui kutub sekitar 12.714 km. Bumi kita ini, memiliki sudut kemiringan 23,50 derajat terhadap garis tegak lurus , dengan arah rotasi berlawanan jarum jam jika dilihat dari utara atau berputar ke arah timur. Perputaran bumi dengan sumbunya itu mengakibatkan terjadinya peristiwa siang dan malam, dengan lama satu kali perputaran 23 jam, 56 menit, 4.091 sekon atau jika kita genapkan menjadi 24 jam. Bumi kita ini apabila dipandang dari angkasa akan seperti batu bercahaya.

Eratosthenes (276-194 SM) dengan melihat perbedaan kemiringan bayangan di dua kota yang berbeda di waktu yang sama sudah dapat mengukur keliling bumi dan menyadari bahwa bumi itu bulat. Pada waktu itu Erathoshenes mengkalkulasikan bahwa keliling bumi ialah 46,100 km yang apabila dibandingkan dengan perhitungan modern hanya berselisihkan 16%.

*baca lebih jelas : http://kafeastronomi.com/eratosthenes-mengukur-keliling-bumi.html

Bumi diperkirakan lahir 4,5 miliar tahun yang lalu. Angka ini didapat dari analisis berbagai isotop timah di bumi dan meteorit. Dari analisis tersebut ditemukannya radioaktif. Melalui hitungan peluruhan (decay), bumi mengandung material radioaktif: α (alpha), β (beta), dan γ (gamma). Melalui perhitungan Peluruhan (decay) ini didapatkan umur batuan di bumi ini yang tertua berumur 4.4 milliar tahun, tetapi umur bumi lebih tua daripada batuan.

Beberapa planet yang telah diteliti oleh para Astronom, Astrofisikawan, dan Ahli Geologi menemukan unsur-unsur yang mendukung adanya kehidupan, baik itu yang terjadi dalam kurun waktu yang telah lampau, atau hasil analisis material dari sample yang dikirim wahana antariksa di planet yang bersangkutan. Tetapi hingga saat ini, belum ditemukannya kehidupan selain planet bumi, namun telah ditemukan beberapa planet yang ‘layak dihuni’.

Matahari kita yang merupakan pusat Tata Surya dengan diameter sekitar 14 x 105 km atau 109 kali diameter bumi, bermassa 333.400 kali massa bumi atau sekitar 1,99 x 1030 kg, dan rata-rata densitas(kerapatan) matahari rata-rata 1,41 g cm-3, 4 kali lebih rendah daripada densitas bumi, ini merupakan  pusat perputaran (revolusi ) planet-planet di tata surya kita ini  .

Dari bukti-bukti fakta diatas, bumi dapat dikatakan bulat pepat, bulat dengan sedikit gendut pada daerah ekuator. Kemudian, bagaimana mengenai teori bumi datar (flat earth)?

Bumi Datar

Teori bumi datar muncul kembali dikarenakan bangkitnya lagi Flat Earth Society pada tahun 2009 setelah sempat runtuh pada tahun 1990 yang dikarenakan terbakarnya markas besar Flat Earth Society. Kembali ke permasalahan, mengapa bumi bisa dikatakan ‘datar’? Bukankah bumi bulat sudah terbukti kebenarannya? Dengan pengukuran, serta eksperimen para ahli untuk mengukur diameter bumi?

Mari berbicara dengan logis.  Bumi dapat dikatakan datar karena pada jarak pandang manusia di suatu tempat di bumi, terbatas hanya beberapa ratus meter kedepan. Atau melalui pengamatan suatu hal, semisal kapal yang berlayar di laut. Sejak dari pesisir pantai kita melihat jelas ukuran kapal tersebut, kemudian kapal tersebut berlayar menjauhi kita dan mengarungi lautan, mata kita tidak seterusnya dapat melihat kapal tersebut, lalu muncul asumsi bahwa ketinggian tempat akan dapat membuktikan bahwa jarak pandang mata manusia akan sama seperti kondisi awal ketika kapal masih berada di pesisir atau pinggir pantai, terbukti kapal masih terlihat.

Bumi datar, dengan matahari berada di atas bumi, ketika kita berfikir logis, ukuran matahari yang besarnya 109 kali diameter bumi berada tepat diatas bumi yang terbentang datar, apakah akan terjadi waktu malam hari? Ataukah akan terus menerus siang hari? Lantas bagaimana cara kita mengamati benda langit? Karena hanya akan dapat diamati ketika kondisi cahaya di bumi sedikit. Dengan menjadikan ukuran matahari lebih kecil, bahkan jauh lebih kecil dari ukuran semua yang berdiameter 109 kali diameter bumi. Perhatikan gambar berikut :

peta-bumi-datar
Matahari dan bulan berada di atas bumi yang datar. Dengan posisi matahari dan bulan bergantian dan berurutan memutari bumi, keliling searah jarum jam, sehingga terjadinya siang dan malam tetap terjadi. Kondisi seperti ini, mampukah matahari yang ‘mini’ ini menyinari tata surya menuju merkurius, venus, yang kemudian bumi? Jika matahari hanya berputar-putar diatas bumi yang datar itu, lantas merkurius dan venus akan dibantah teorinya bahwa kedua planet tersebut tidak layak huni dikarenakan suhu permukaan yang sangat panas. Karena matahari tidak menyinari kedua planet tersebut secara dekat. Tetapi lihat, matahari sangat dekat jaraknya dengan bumi, dan begitu pula dekat dengan bulan.

Kutub utara berada di tengah bumi datar dan kutub selatan menjadi pagar yang mengelilingi/ melingkari bumi. Hal ini akan menjadikan jelas luas wilayah kutub selatan atau Antartika  menjadi berkalikali lipat lebih luas daripada kutub utara atau Arktik. Ada suatu wilayah di daerah Antartika, yang batas tersebut dijaga ketat oleh tentara Amerika Serikat, dan tidak ada satupun orang yang dapat melewati batas terlarang tersebut. Kekuasaan wilayah? Atau hanya perlindungan wilayah karena kekayaan alam disana sangatlah melimpah.

Gravitasi bumi, yang telah lama dicetuskan oleh Sir Isaac Newton  tidak akan berlaku dalam teori bumi datar. Karena datar, sifat medan gravitisi yang kesegala arah akan menghasilkan gaya gravitasi yang berbeda beda di tiap tempat. Apabila datar gaya tarik bumi di ujung bumi akan jauh lebih lemah dari pada yang berada pada pusat bumi. Namun, kenyataannya tidak.

Dari artikel di atas dapat kita kesimpulan Bumi dan planet-planet lain baik di dalam Tata Surya maupun di “Tata Surya” lain berbentuk bulat, dengan ukuran yang berbeda-beda, serta masing-masing memiliki percepatan gravitasi tersendiri yang berbeda beda. Bumi datar tidak dapat membuktikan beberapa hal yaitu: 1. Teori lempeng tektonik, 2. Perbedaan musim, 3. Tidak dibutuhkan proyeksi peta. Bumi dapat dikatakan datar jika untuk pengukuran selama 20 menit, selebihnya maka bumi berbentuk melengkung. Sekali lagi, bumi berbentuk bulat dempak.

Sebagai tambahan, Sains dapat bersifat Dogmantis jika persepsi pemahaman sangat lemah, Sains dapat bersifat Hipotesis jika hanya sebatas dugaan semata, Sains dapat bersifat Teoretis jika hasil dari dugaan dan eksperimen telah ditentukan.

Referensi:

Bayong Tj. HK., 2013. Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Chang Raymond, 2005. General Chemistry: The Essential Concepts Third Edition, USA, McGraw-Hill. Alih bahasa: Departemen Kimia: Institut Teknologi Bandung, Penerbit Erlangga.
Ishaq Mohamad, 2007. Fisika Dasar: Edisi 2, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Yusuf H. Muhammad bin Abdurrahman, 2013. Keajaiban Sains, Yogyakarta, DIVA Press.

Leave a Reply