Oleh Meita Candra Sekar Sari dan Raka Krisna AS
Malam itu Orion menampakkan kegagahannya. Dalam mitologi bangsa Yunani, rasi bintang Orion tergambarkan sebagai sosok seorang pemburu yang tangkas. Selayaknya seorang pemburu, ia membawa sebilah pedang tajam yang diletakkan di sabuknya. Hewan buruan yang dikejarnya adalah “Si Kerbau” Taurus dan “Si Kelinci” Lepus. Di langit malam yang cerah pada bulan Juli-Januari ia tampak menunjukkan dirinya. Di dalam budaya Jawa, Orion dikenal dengan nama Waluku. Kemunculannya di langit malam sekaligus menandakan dimulainya masa bercocok tanam.
Beberapa waktu belakangan, ilmuwan astronomi dikejutkan dengan penampakan bintang paling terang di Rasi Orion. Bintang Betelgeuse. Bintang yang juga menjadi bintang paling terang ke 10 di langit malam ini tampak berbeda. Cahaya terangnya yang berada di lengan “Sang Pemburu”, kini mulai meredup. Berbagai spekulasi mengarah pada Bintang yang sudah berusia 8,5 juta tahun ini, diperkirakan ia sedang memasuki tahapan pra supernova sebelum akhirnya akan runtuh dan meledak. Mungkinkah Betelgeuse sedang mengisyaratkan bahwa ia tak lagi mampu mewarnai langit malam seperti dulu lagi?
Seperti halnya manusia, bintang memiliki siklus kelahiran, tumbuh kembang dan akhirnya mati karena kehabisan bahan bakar yang ada di dalam tubuhnya. Untuk dapat hidup dan bersinar, bintang melakukan reaksi fusi nuklir didalam inti bintang itu sendiri yaitu dengan memfusikan atom hidrogen menjadi atom helium. Dalam perjalanan hidupnya, didalam tubuh bintang terdapat dua pertarungan sengit antara gaya gravitasi yang menarik seluruh tubuh bintang kearah inti dengan energi yang dihasilkan dari reaksi fusi yang mendorong kearah luar tubuh bintang. Saat bahan bakar atom hidrogen didalam tubuh bintang mulai berkurang, inti bintang perlahan mulai mengecil karena tertarik oleh gravitasi bintang itu sendiri. Inti bintang yang terkompresi oleh gravitasi menghasilkan energi yang pada akhirnya terkonversi menjadi panas dan memanaskan atom hidrogen yang berada di ujung luar inti bintang sehingga reaksi fusi tidak hanya terjadi didalam inti bintang. Reaksi fusi yang terjadi diluar inti inilah yang menyebabkan tubuh bintang perlahan menjadi lebih besar daripada volume tubuh sebelumnya. Selagi peristiwa ini terus terjadi, inti bintang yang terus menerus mengecil akan menghasilan lebih banyak energi yang mempercepat reaksi fusi hidrogen di luar inti bintang. Membesarnya tubuh bintang akan menyebabkan temperatur permukaan bintang menurun (layaknya air panas semakin lebar permukaannya maka akan semakin cepat lebih dingin) dan saat temperatur menurun maka warna bintangpun akan berubah menjadi warna merah.
Lalu bagaimana dengan Betelgeuse saat ini? Bintang Betelgeuse adalah golongan Bintang Raksasa Merah yang artinya sudah berusia tua. Suatu saat ketika bahan bakarnya sudah habis, ia akan meledak sebagai supernova. Desas-desus soal akhir hidup Betelgeuse sudah cukup lama berhembus. Meredupnya kecerahan Betelgeuse kian menambah tanya, bernarkah ia sudah memasuki tahap akhir hidupnya? Namun beberapa ilmuwan juga mengatakan meredupnya bintang ini dapat disebabkan faktor lain seperti letusan gas atau debu, atau perubahan kecerahan permukaan bintang. Bila Betelgeuse benar-benar akan menjadi supernova, ledakannya akan memunculkan cahaya terang di langit yang lebih terang dari Bulan Purnama dan terjadi selama beberapa minggu.
Jika kemudian kamu bertanya, apakah kematian bintang pernah tercatat sejarah manusia sebelumnya? Para astronom menemukan sebuah tulisan dalam naskah kuno Cina yang ditulis pada tahun 1054. Di naskah tersebut tertera cerita tentang sebuah fenomena alam yang tak biasa. Di suatu malam yang cerah muncul satu bintang yang sangat terang yang belum pernah terlihat di malam-malam sebelumnya. Saking terangnya, bintang tersebut dapat dilihat pada siang hari. Namun beberapa waktu kemudian bintang tersebut tidak terlihat lagi. Lalu ilmuwan mulai menelisik, benda langit apakah yang dimaksud dalam naskah kuno tersebut. Berdasarkan letak benda langit yang disebutkan di naskah tersebut, kemudian diketahui bahwa benda itu adalah ledakan sebuah supernova yang menjadi akhir kehidupan sebuah Bintang. Ledakan supernova tersebut kemudian menyisakan nebula yang kini dikenal dengan nama “Crab Nebula” atau Nebula Kepiting.
Semoga saja Betelgeuse masih mampu bertahan mewarnai setiap malam yang kita lewati. Namun jika ia benar-benar akan pergi, pastikan kamu pernah menyapanya di langit malam, meski hanya sekali. Lagipula langit malam terlalu indah untuk tidak dinikmati. Layaknya menjelajah lorong waktu, melalui kemilaunya sang Betelgeuse, kamu dapat membayangkan betapa menakjubkannya perkembangan peradaban manusia lebih dari 650 tahun yang lalu hingga saat ini.
Sumber: Inside The Milkyway, NatGeo earthsky.org/space/betelgeuse-fainting-probably-not-about-to-explode space.com/dimming-star-betelgeuse-red-giant-could-explode-supernova.html